Ditulis oleh :
Abdullatif Alkana
Begini nih kalo jadi orang teralu polos, atau mungkin terlalu bego. Diceritakan
disuatu desa yang agak terpencil, hiduplah dua anak manusia, yang berkelamin
laki-laki bernama Otong usia 30 thn ia bekerja sebagai buruh tani karena sawah
yang ia punya hanya satu petak, ia juga mempunyai seorang istri bernama Cesti
usianya kira-kira 25 tahunan, ia juga kadang menjadi buruh tani, tapi lebih
sering ngerumpi dengan tetangga. Satu anak manusia lagi berkelamin perempuan
bernama Dami, ia berumur sekitar 18 tahun, ia adalah adik kandung dari Cesti
istri Otong, ia sebenanrnya belum bekerja pasti hanya sebagai anak bawang yang ikut-ikutan
bantu Otong dan Cesti bekerja di sawah, Orang tua Cesti dan Dami sudah
meninggal, kini mereka tinggal bersama dirumah peninggalan orang tua nya, dan
si Otong pun otomatis hidup dirumah itu, karena adat dikampug itu kalo seorang
laki-laki menikahi perempuan maka si laki-laki akan ikut tinggal di rumah si
perempuan
Suatu hari saat Cesti baru melahirkan anak ke dua nya, musim panenpun
berlangsung sehingga Otong sibuk di sawah, dan mau tidak mau Dami harus
membantu Otong disawah karena Cesti belum bisa bergerak banyak.
Hari minggu 18 Januari 2004 Otong mengajak Dami untuk tandur atau
menanam padi disawah, tanpa basa-basi Dami pun mengiakannya karena Cesti pun
menyuruhnya untuk membantu Otong menanam padi. Namun ini lah awal dari
perbuatan keji itu.
Sebenarnya Otong bukan seorang yang rajin, ia lebih sering
malas-malasan sehingga saat Dami menanam padi, ia hanya duduk di saung sambil
ngudud, olahan daun kawung dengan tembakau terselip diantara jari tengah dan
jari telunjuknya, ia pun hanya menghayal sambil sesekali menghisap udud yang ia
buat, entah setan dari mana tiba-tiba Otong lebih sering memperhatikan pantat
Dami yang sedang nungging menanam padi, otak ngeresnya menerawang, dan nafsu
bejat nya memuncak ke ubun-ubun, dan singkat cerita entah dengan cara apa
keperawanan Dami berhasil direnggut Otong, ada senyum puas disana, namun Dami
tak hentinya meneteskan airmata walau tanpa suara.
Saat malam tiba Dami masih memikirkan kejadian siang tadi sambil
sesekali ia usap air mata yang menetes membasahi bantal dari karung terigu,
sementara Otong masih duduk diruang tamu dengan udud dan kopinya, menunggu
Cesti yang masih menidurkan anaknya.
Ketika malam tinggal sepertiganya, Dami terbangun oleh suara deritan
ranjangnya, ternyata didepan wajahnya sudah ada Otong yang tak lagi memakai
baju, sontak Dami pun kaget dan hendak berteriak namun tangan Otong lebih cepat
dari usahanya tuk berteriak, akhirya dengan segala bujuk rayu Otong, Dami
kembali digumulinya sampai pagi.
Kejadian ini berlangsung sekitar empat bulan, sampai pada suatu hari,
Dami terkapar dikamarnya, ia muntah-muntah dan kelakuannya agak aneh, akhirnya
Cesti menemani Dami pergi ke puskesmas, dan mungkin anda sudah bisa menebak apa
yang dikatakan oleh dokter, Dami HAMIL, raut muka yang tak percaya dan
keheranan terlihat jelas dimuka Cesti, pikirannya bermain, entah apa yang telah
dilakukan Dami diluar sepengetahuannya.
Setibanya dirumah Dami ditanyai oleh Cesti, bak seorang nara pidana
yang sedang diintrogasi polisi, Dami hanya mampu menangis dan menangis, dan
mengatakan bahwa yang melakukannya adalah Otong suami kakanya, Cesti mulai
bingung ia limbung tak karuan, ia mengumpat-ngumpat suaminya sendiri bejat,
anjing, monyet, babi, ah terlalu banyak umpatan yang di ucapkn Cesti.
Sementara Otong sedang mencangkul di sawah orang, menjadi buruh tani
bekerja hanya saat ada yang meminta.
Jam empat tepatnya saat adzan ashar seleesai dikumandangkan Otong
sampai dirumahnya, ada pemandangan yang tak wajar yang ia temui, dipintu
rumahnya sudah berdiri Cesti dengan sorot mata yang tajam bak elang yang sedang
mencari mangsa, tangannya mengepal meremas-remas telapak tangannya sendiri
seolah gatal digigit semut, Otong berjalan keheranan menghampiri istrinya dan
saat Otong tepat dihadapan istrinya, sebuah pukulan yang tak terelakan mendarat
dipipinya, Otong bertanya-tanya kepada istrinya, namun sebuah jawaban tertuju
kesebuah kamar, akhirnya Otong mafhum dia memelas-melas maaf dari istrinya,
istrinya tak sama sekali mengindahkan nya, mungkin karena hatinya sudah koyak
tak ada lagi rasa ingin memaafkan Otong suaminya.
Pada akhirnya dua saudara Cesti dan Dami menjadi istri Otong, entah
tlah beku atau tlah hilang hati Cesti yang rela berbagi suami dengan adiknya
sendiri, dam Dami yang terlalu bego yang mau-maunya menjadi santapan Otong,
dalam kasus ini Otonglah yang mendapat keuntungan berlipat ganda, mendapat dua
istri dan seluruh harta peninggalan keluarga istrinya.